BTM.CO.ID, BATAM – Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menepis pihak yang ragu dengan investasi Xinyi Group sebesar US$ 11,6 miliar atau Rp 175 triliun di Rempang Eco City. Bahlil menyebut ada isu tidak benar soal investasi Rempang yang beredar di media sosial.
“Ini ada yang tanya ke saya, apa benar Xinyi ini akan investasi sebanyak itu? Itu dari sosmed nggak jelas pula kadang-kadang. Kita ini paling suka mendengar yang tidak jelas dari pada yang jelas. Saya ingin menjelaskan rencana investasi Xinyi group US$ 11,6 miliar,” katanya dalam konferensi pers di kantornya di Jakarta, Senin (25/9/2023).
Menurutnya investasi itu dilakukan secara grup dan bukan sendiri. Di dalamnya ada pembangunan kawasan industri yang terintegrasi, termasuk pabrik pemrosesan pasir silika, industri soda abu, industri kaca panel surya, industri kaca float, industri cel dan modul surya, dan lainnya.
“Jadi tidak sendiri, ini Xinyi Group, dan ini kita bicara ekosistem. Karena ke depan kita bicara tentang green energy, hampir semua dunia itu butuh solar panel. 80% dari industrinya ini diekspor, made in Indonesia. Jadi ini bukan konsumsi dalam negeri 80% ekspor,” jelasnya.
Bahlil menyatakan, jika investasi Xinyi Group berjalan maka untung yang didapat Indonesia bisa seperti hilirisasi nikel. Apalagi selama ini Indonesia hanya mengekspor pasir silika dan pasir kuarsa ke luar negeri.
“Kalau proses ini jalan, Pertama selama ini kita ekspor pasir silika dan pasir kuarsa ke luar negeri, ke China, Korea, ke mana. Ini kan sama dengan nikel. Dulu nikel kita larang ekspor, orang demo saya juga,” pungkasnya. (BTM /r)