BTM.CO.ID, BATAM – Kawasan industri hijau Rempang Eco-City digadang-gadang bisa mendatangkan investasi jumbo setelah Xinyi Group masuk. Kemajuan kawasan ini akan membuat pertumbuhan ekonomi Batam lebih berdenyut terutama bagi Pulau Rempang-Galang yang selama ini mati suri.
Hal ini dipaparkan pengamat ekonomi dan dosen fakultas ekonomi Universitas Internasional Batam Suyono Saputra dalam podcast Ruang Lapang yang diasuh Ramon Damora, wartawan senior yang juga Ketua Serikat Perusahaan Pers (SPS) Kepri.
Suyono memandang, PT Makmur Elok Graha kali ini tidak ingin gagal lagi membangun kawasan Rempang. Pada 2004, peluang PT Makmur Elok Graha membangun kawasan Rempang kandas karena tak ada kelanjutan. 19 tahun kemudian atau pada 2023, peluang MEG kembali terbuka. MEG mendapat kembali hak pengelolaan lahan dan pengembangan kawasan industri di Pulau Rempang seluas 17.000 hektare.
Bergerak cepat setelah mengantongi hak pengelolaan atas lahan, MEG berhasil mendatangkan investor yakni Xinyi Group. Perusahaan asal China itu mengucurkan investasi jumbo USD11,5 miliar atau setara Rp172,5 triliun. Mereka akan membangun pabrik kaca di bawah bendera Xinyi Glass dan solar panel di bawah bendera Xinyi Solar di Pulau Rempang. Dua lini bisnis ini ditaksir menciptakan 35.000 lapangan kerja. Pabrik kacanya, terbesar kedua di dunia.
“MEG begitu mendapat restu dari Pemerintah (Indonesia) dan kementerian, langsung gerak cepat ke China,” sebut Suyono.
Investasi jumbo Xinyi yang bermitra dengan MEG mendapat dukungan Presiden Joko Widodo. Jokowi menyaksikan langsung penandatanganan kerja sama berupa nota kesepahaman antara Xinyi, MEG dan Kementerian Investasi/BKPM pada 28 Juli 2023 di Hotel Shangri-La, Chengdu, China. “(Investasi ini) Langsung diendorse oleh Presiden (Jokowi),” sambung Suyono.
Presiden Jokowi, lewat media sosialnya; Facebook, X-dulu Twitter dan Instagram, mendukung penuh investasi Xinyi di Pulau Rempang. Ia menjelaskan penandatanganan kerja sama itu dalam rangka membangun ekosistem hilirisasi industri kaca dan panel surya di Indonesia. Xinyi perusahaan bidang kaca terbesar di dunia, sebut Jokowi, berencana membangun hilirisasi tersebut di Rempang, kawasan Batam.
“Saya mengapresiasi komitmen investasi Xinyi dalam mendukung hilirisasi industri kaca dan panel surya di Indonesia,” ujar Jokowi dalam media sosialnya, 28 Juli 2023.
Suyono menilai investasi ekosistem hilirisasi di Rempang sangat strategis bagi Indonesia jika melihat pernyataan Presiden Joko Widodo dan bagaimana ia menyaksikan langsung penandatanganan ke Chengdu. “Kalau kita lihat ini memang sangat spesial. Dengan harapan (investasi) ini harus jadi,” sebut Suyono.
Terlepas dari berbagai masalah, lanjut Suyono, dilihat dari sisi ekonomi, pengembangan Rempang yang dimulai dengan pembangunan ekosistem hilirisasi sangat strategis. “Karena dampaknya sangat besar, membutuhkan lapangan kerja yang sangat besar sekali,” kata dia.
Investasi Xinyi lewat hilirisasi saja akan menciptakan 30.000 hingga 35.000 lapangan kerja. Sementara pengembangan Rempang Eco-City berdasarkan rencana MEG, proyek ini menciptakan 306.000 lapangan kerja hingga 2080 dengan total keseluruhan investasi hingga Rp381 triliun.
Dari yang sudah-sudah, lanjut Suyono, pendekatan investasi China di sektor riil Indonesia selalu memprioritaskan tenaga kerja lokal. Artinya, investasi Xinyi di Rempang tetap membutuhkan tenaga kerja lokal jauh lebih besar dari pekerja dari negara mereka sendiri. “Ini peluang untuk anak-anak kepri, juga Indonesia,” kata Suyono.
Dengan investasi jumbo dan lapangan kerja dalam jumlah besar, masuknya investasi di kawasan Rempang sejalan dengan misi pemerintah menjadikan kawasan itu sebagai mesin baru pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hilirisasi jalan, hasil pasir kuarsa diserap industri, ekspor melonjak dan pengangguran berkurang dalam jumlah besar. “(Pengembangan Rempang) ketika berkembang akan memberikan dampak untuk seluruh wilayah Indonesia,” kata Suyono.
Masuknya Xinyi, sambung Suyono, juga akan membuka jalan bagi banyak investor lain untuk melirik Rempang sebagai kawasan ekonomi baru yang dirancang menjadi kawasan industri, perdagangan, jasa dan pariwisata dengan nama Rempang Eco-City.
Pengembangan Rempang juga mewujudkan mimpi BJ Habibie yang berharap kawasan Rempang dan Galang ekonominya berdenyut dengan pembangunan Jembatan Barelang. Habibie ketika itu sudah memprediksi lahan di Batam akan habis untuk industri sehingga diperlukan kawasan di sekitarnya untuk menampung investasi atau spillover effect. Hal itulah alasan dibalik pembangunan jembatan yang menghubungkan Pulau Batam, Pulau Rempang dan Pulau Galang.
“Kenapa dihubungkan dengan jembatan karena memang (Rempang-Galang) harus jadi kawasan ekonomi baru,” ungkap Suyono. “Rempang itu tidak bisa dibiarkan begini karena tidak masuk dalam cita-cita Habibie dulu,” tutur Suyono. ( BTM /r)